Kader Golkar Terbaik Banyak Diincar Parpol Lain

Subhan Khawatir Partai Golkar Terpuruk di Pemilu 2024

foto

Saufat Endrawan

Subhan Mantan Pengurus DPD Golkar Kabupaten Bandung

Opininews.com, Bandung -- Mantan pengurus DPD Golkar Kab. Bandung dan mantan LO pasangan Dadang M Naser - Gun Gun Gunawam pada Pilbup 2015 kepada www.opininewa.com, di sebuah kedai kopi tadi malam, menuturkan, semua Partai Politik (Parpol) di Kabupaten Bandung memiliki peluang yang sama, termasuk Partai yang membesarkannya Golkar untuk menang di Pemilu 2024 mendatang.

Jika Golkar ingin tetap memenangkan Pemilu/ Pileg 2024 mendatang, dengan syarat Golkar harus mampu menghadirkan caleg-caleg yang kredibel, punya basis massa dan punya finansial yang mumpuni, melebihi kapasitas caleg-caleg Golkar pada Pemilu 2019 kemarin.

Sebab, lanjut Subhan, beberapa mantan caleg Golkar per hari ini ada yang sudah dipastikan pindah partai dan ada pula yang sedang dalam 'penjajakan' oleh beberapa partai.

Pindah partai di zaman demokrasi seterbuka sekarang ini, kata Subhan, sudah menjadi hal yang biasa.

"Saya mendengar dan berdialog dengan beberapa politikus, ada beberapa mantan Caleg Golkar yang meraih suara besar di Dapil-nya sudah didekati oleh beberapa partai, seperti oleh PKB, Nasdem, PKS, Gerindra dan Demokrat," kata Subhan. Jika para mantan Caleg Golkar tersebut benar-benar pindah partai, maka tegas Subhan, semakin berat pula langkah Golkar Kabupaten Bandung untuk memenangkan Pemilu nanti.

"Para Caleg Partai Golkar sangat seksi yang memiliki suara banyak. Mereka jelas-jelas punya raihan suara, wajar didekati banyak partai. Jika saya menjadi Ketua Parpol saya pun akan berpikiran sama," kata Subhan.

Subhan berharap kepada Ketua Partai Golkar Kabupaten Bandung, keberadaan mereka jangan dipandang kecil dan jangan pula dianggap tidak ada apa-apanya. Sebab mereka telah membuktikan dalam Pemilu meraih suara yang banyak dan berani mengorbankan anggaran yang terbilang besar pula. Sekalipun mereka "tidak" ikut dilantik menjadi Anggota DPRD Kabupaten, Provinsi maupun DPR RI, namun, kenyataannya suara mereka bisa melebihi suara caleg dari partai lain yang dilantik. Contohnya di Dapil-4, ada caleg Golkar yang meraih suara lebih dari 10.000 namun tidak dilantik. "Bandingkan dengan caleg dari partai lain ada yang dilantik dengan meraih suara kurang dari 10.000, dan terjadi juga di Dapil lainnya. Ini haru menjadi analisa Pimpinan Partai Golkar," jelasnya.

Lebih Jauh, Subhan mengatakan, seumpamanya mantan caleg tersebut pindah ke partai lain, maka jangan berpikiran bahwa suara tersebut tetap 'diam' di Golkar, sangat dimungkinkan sebagian besarnya akan mengikuti figur tersebut.

Kita memahami bahwa Pemilu sekarang "jualannya" adalah figur, bukan lagi hanya sebatas nama besar partai. Biasanya, lanjutnya, orang yang menganggap enteng kepada caleg/figur tersebut adalah orang-orang yang justru tidak pernah berani tampil maju menjadi caleg.

Jika yang pernah merasakan menjadi caleg (sekalipun tidak dilantik) tidak akan berani berkata demikian, karena pasti merasakan betul bagaimana berat dan capeknya menjadi seorang caleg mencari dukungan ke masyarakat dengan berbagai tantangan-rintangan yang luar biasa.

"Paling tidak, berapapun raihan suaranya para mantan caleg punya jasa besar telah bersumbangsih dalam membesarkan Golkar kemarin," ujarnya.

Kuncinya, jelas Subhan, apabila mantan caleg/figur tersebut pindah partai maka Golkar ke depan harus menyiapkan caleg-nya, minimal setara dengan yang kemarin, atau mencari figur yang lebih segalanya dari caleg-caleg kemarin.

Apabila tidak, maka jalan Golkar dalam menghadapi Pemilu 2024 akan semakin terjal.

"Politik memang bukan "hitungan pasti" tapi memenangkan pertarungan politik ada alat ukur dan alat pembandingnya. Alat ukurnya adalah mempersiapkan figur-figur baru yang lebih baik untuk mengganti figur-figur yang telah pindah partai atau "diam" tidak melakukan gerakan, dan alat pembandingnya adalah raihan suara/kursi Golkar dalam setiap Pemilu grafiknya semakin turun, apalagi ke depan Bupati-nya "bukan" lagi dati Golkar, Kang DS hari ini adalah Ketua PKB," jelas Subhan.

Ketika kedua "alat" ini Golkar Kab. Bandung tetap abai dan tidak bisa menciptakan formulasi kemenangan, Maka bukan mustahil dalam Pemilu 2024 nanti penguasa parlemen bukan lagi Golkar. ( Saufat Endrawan )

Editor: Saufat Endrawan

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Irfan Hakim dan Ian Kasela Muncul di Bursa Wakil Bupati Bandung Dampingi Dadang Supriatna
Agus Yasmin-Usman Sayogi Maju di Pilkada 2024
Nasdem Usung Agus Yasmin Dampingi Dadang Supriatna di Pilkada 2024
Dr. H.M. Dadang Supriatna: PKB Ajukan Tiga Nama untuk Duduki Kursi Ketua DPRD Kab. Bandung
Anang Susanto Berpeluang Ganti Ace Hasan Duduki Kursi DPR RI Periode 2024-2029