in Memoriam Ronny Paslah
Wartawan Olahraga Senior KIPER TERBAIK Telah Pergi

Foto Kenangan Bang Amray (Merah), Sadik Algadri (Mantan Juara Nasional Judo), Judo Hadianto (Legenda Kipper Nasional), dan saya MN. Bukber di BUMN Bulan Maret 2025
Penulis: Eddy Lalangko
OPININEWS.COM Jakarta -- In Memoriam Ronny Paslah "Selamat Jalan Bang Amray" "M. Nigara" Wartawan Olahraga Senior KIPER TERBAIK itu telah pergi.
Ya, Amray alias Ronny Paslah, kiper terbaik Indonesia, 1960-70an itu berpulang Senin (24/11/25) dinihari.
Jenazahnya disemayamkan di Gereja Evangelis, Cepaka Putih dan rencana Selasa (25/11/25) ajan dimakamkan di Pemakaman Pondok Kelapa.
Meski murni berdarah Manado, namun Amray justru mengawali segalanya di Medan, Sumatera Utara.
Lahir di Medan, 19 April 1947, tanggal kelahiran yang sama dengan lahirnya PSSI (19 April 1930).
Amray, nama jululan yang diberikan oleh sahabatnya, juga telah almarhum, Sarman Panggabean.
"Gak ada yang tahu apa latar belakangnya, satu hari saat _training center_ PSMS Medan, Sarman memanggilnya dengan Amray, 1967, kenang Andjas Asmara, mantan bintang PSMS, Persija, Jayakarta, dan timnas yang lebih muda 5-6 tahun dari Amray.
Masih kenang Andjas, Ronny hampir selalu sekamar dengan Sarman, hanya sesekali mereka bertiga dengan Nobon.
Catatan: Saat ini Nobon menurut Andjas sudah pikun. Ia pernah hilang dan pulang diantar Polisi.
"Sedih mendengar dan melihat senior-senior dan sahabat-sahabat yang pernah membaktikan diri untuk nefara, sekarang hancur hidupnya!" tutur Andjas yang di era 1970an pernah menjadi idola kaum muda.
*Tenis* Saya bertemu Bang Amray minggu terakhur Maret 2925. Waktu ada acara bukber PSSI di kantor BUMN.
Bang Amray masih terlihat sehat dan aktif. Ia berkeliling meja, menyapa suapa saja. Bang Amray memang tergolong legenda yang sangat ramah. Bahkan saat pertama saya meliput sepakbola, sebagai wartawan muda, Desember 1981,
Ia tak ragu memberikan saya kesempatan untuk mewawancarainya. Saat itu ia menjadi benteng terakhir, klub elit Galatama, Indonesia Muda (Pertamina).
Saya masih ingat pernyataan awalnta: "Aku ini awalnya atlet tenis," katanya di lapangan Rawasari, tempat IM berlatih.
"Tapi, akhirnya aku terperangkap di sepakbola," katanya lagi.
Ketika ngobrol di acara bukber itu, Bang Amray yang datang diantar oleh sang istri, mengaku masih punya kesibukan tenis dan sepakbola.
"Ya gak bisa diem, Nig," tukasnya. Bahkan menurut Andjas, hingga beliau wafat, dia masih punya enam siswa _private_ untuk dilatih kiper. "Aku khususnya, sudah pernah bilang, sudahlah jangan melatih lagi. Tapi, dia tetap saja. Padahal menurutku badannya sudah ringkih," pungkas Andjas.
Ya Bang Amray saat ini telah pergi. Meski timnas di saat ia bela belum pernah lolos ke Piala Asia apalagi Piala Dunia, namun sederet prestasi sempat ia torehkan di ajang turnamen yang pada masanya amat bergengsi: Kings Cup (1968), Agha Kan Cup (1967) Merdeka Games (1969), Soeharto Cup, Pesta Sukan, dan Jakaeta Anniversarry Cup (1972).
Prestasi individu tahun 1962 Warga Utama Kota Medan, Atket terbaik nasional 1972, dan kiper terbaik nasional 1974. Selamat jalan abangku, semoga Tuhan memberi tempat yang terbaik untukmu...
( Eddy Lalangko - Wartawan Senior )
Editor: Saufat Endrawan