Partai Golkar tak Ingin Jadi Penonton

Airlangga: Golkar Tak Gunakan Politik Pecah Belah Untuk Menang di 2024

foto

Saufat Endrawan

Ketum DPP Golkar Airlangga Hartarto

Opininews.com,  Jakarta --  Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto meminta kader-kader Partai Golkar untuk mengedepankan politik persatuan dan kemajuan. Bukan politik pecah belah atau politics of fear.

Hal itu disampaikan pada pembukaan Executive Education Program for Young Political Leaders Angkatan 7 sekaligus peluncuran Aplikasi Golkar Institute Training App, Senin (13/6/2022) di Kantor DPP Partai Golkar.

Airlangga menyampaikan tentang pentingnya kepemimpinan yang dibangun atas dasar kerjasama, bukan kepemimpinan yang saling menjatuhkan.

“Partai Golkar sifatnya inklusif. Oleh karena itu Partai Golkar merekrut, bekerja sama dengan partai lain. Dalam hal ini membentuk koalisi dengan PAN dan PPP. Artinya apa, kita membuat kepemimpinan yang bisa bekerja sama. Bukan kepemimpinan yang saling menjatuhkan," ungkap Airlangga.

Kita jelas Airlangga, tidak ingin politik bangsa ini malah dibelah hanya oleh kepentingan politik. "Nah, ini yang kita ingin bahwa politik kita adalah politik yang mempersatukan. Bukan politik yang membelah-belah.” tegasnya.

“Banyak cara untuk menang. Tapi cara yang tidak baik (adalah) cara membelah. Contoh, di Amerika pun dibelah. Dan itu sampai sekarang tidak selesai.”  kata Airlangga.

“Membelah itu syaratnya adalah ekstremisme. Dan ekstremisme itu adalah pendekatan ketakutan ataupun intimidasi dari masyarakat. Politik pecah belah adalah politik fear yang dimainkan. Oleh karena itu kita tidak ingin politik fear yang dimainkan. Tetapi, politik yang optimis politik kemajuan,” papar Airlangga.

Selain itu, Menko Perekonomian itu juga menyinggung masih banyak tantangan yang harus dihadapi, pasca pandemi ini. Meski beberapa negara sudah menyatakan peralihan dari pandemi ke endemi, tetapi keberadaan virus akan selalu ada.

Airlangga menuturkan, berbagai tantangan itu juga menjadi topik utama dalam G20 dimana Indonesia sebagai presidensi, seperti mendorong pembangunan arsitektur kesehatan dan juga transisi energi berkelanjutan yang ramah lingkungan.

“Indonesia sekarang memimpin G20. Dimana G20 yang utama adalah mendorong arsitektur kesehatan. Pemerintah ikut mendorong negara lain untuk komit. Selama ini terjadi ketidakadilan dalam vaksin.”kata dia.

“Terkait dengan transisi energi, kita lihat bauran energi kita memang energi hijau itu ditargetkan lebih dari 23 persen. Sekarang masih 60 persen berbasis fosil,” jelasnya.

Airlangga juga menyebut tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam jangka pendek, yaitu membawa Indonesia keluar dari middle income trap (jebakan pendapatan kelas menengah). Untuk membawa keluar dari masalah itu, Indonesia butuh partai politik yang sudah pengalaman dalam pembangunan Indonesia.

“Tantangan kita jangka pendek adalah Indonesia keluar dari middle income trap. Dan ini adalah 10 tahun ke depan. Untuk lepas dari middle income trap butuh partai politik yang tahu pembangunan. Partai politik yang selalu ikut dalam pembangunan.” paparnya.

“Golkar jadi satu-satunya partai yang dalam pemerintah dan ikut membangun. Partai Golkar bukan partai penonton, hanya menonton kebijakan. Inilah momentum Partai Golkar untuk membawa Indonesia lolos dari middle income trap. Artinya, Golkar harus menang di 2024,” pungkasnya. 

( Saufat Endrawan )

Editor: Saufat Endrawan

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Dadang Supriatna Terlalu Kuat Untuk Maju Pilkada 2024, Nanang Witarsa Siapkan Ace untuk Wakil Bupati
PKB Jadi Partai Politik Terbesar di Kabupaten Bandung
Ketua DPRD dan Bupati Tinjau Pleno Rekapitulasi
Anang Susanto Berpeluang Ganti Ace Hasan Duduki Kursi DPR RI Periode 2024-2029
Partai Besar "Tumbang" Pada Pileg 2024 Puluhan Anggota Dewan Gagal Kembali Duduki Kursi Dewan