Inflasi tak Bisa Di Tekan Sendirian
Kang DS Turun ke Dapur Demi Menekan Inflasi di Kabupaten Bandung

TB. Raditya Indrajaya: Langkah Kang DS Tekan Inflasi Terjun ke Dapur Milik Warga dan MBG
Penulis: H. TB Raditya Indrajaya
OPININEWS.COM -- hiruk-pikuk ekonomi sering membuat masyarakat geleng-geleng kepala, ada satu isu yang selalu muncul di meja makan yaitu masalah inflasi.
kata ini, datang terkadang tanpa mengetuk pintu, merayap dari harga cabai, telur, beras, hingga ongkos kehidupan sehari-hari.
Inflasi bak “hantu lama” yang selalu kembali, dan ironisnya sering dibiarkan hidup berlarut-larut karena kita sibuk membahas gejalanya, bukan akarnya.
Di Kabupaten Bandung, di bawah kepemimpinan Alumnus Program Doktor Universitas Trisakti Jakarta, Dr. H.M. Dadang Supriatna, S.Ip,.M.Si telah menganbil langkah untuk menekan inflasi di Kabupaten Bandung yang kurang lebih memiliki 3,8 juta jiwa.
Bupati Dadang Supriatna mengambil langkah berbeda. Alih-alih hanya memadamkan api ketika harga sudah meledak
Dadang Supriatna yang kerap di sapa Kang DS, memilih menguatkan fondasi, mulai dari hal paling dasar: makanan bergizi untuk masyarakatnya. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar program bantuan.
Program Ini merupakan intervensi ekonomi yang sangat strategis.
Mengapa ini dilakukan oleh Kabag DS, yang mantan Tukang Batu Bata...? yah Karena pangan adalah penyumbang utama inflasi daerah.
Jika harga pangan terkendali, maka setengah masalah inflasi sudah selesai.
Namun program sebesar ini, dengan target 1,25 juta hingga 1,7 juta penerima pada tahun 2026 mendatang, tentu tak akan berdiri tegak tanpa sebuah prasyarat penting: konsolidasi.
Disinilah letak poin besarnya. Konsolidasi sebagai Penstabil Inflasi ketika Kang DS mengumpulkan seluruh pengelola, mitra, dan pemerintah untuk “menyamakan frekuensi”,
Kang DS, sebenarnya sedang membangun rangkaian benteng agar inflasi tidak merajalela.
Konsolidasi membuat distribusi pangan lebih rapi, memastikan tidak ada keterlambatan, tidak ada kekurangan bahan, tidak ada ruang spekulasi harga di tengah jalan. Ketika suplai aman, harga pun tenang.
Jika kelompok rentan mendapat makanan bergizi tanpa harus berebut harga di pasar, maka permintaan liar yang sering memicu gejolak harga bisa diredam.
Ini bukan teori, ini logika keseharian yang jarang dibahas.
Mengurangi tekanan rumah tangga saat seorang ibu tidak perlu panik karena harga telur naik, atau seorang lansia tidak perlu memikirkan uang makan hari ini, maka ada satu hal yang terjadi: pasar menjadi lebih stabil. Tidak ada lonjakan permintaan mendadak dari masyarakat yang sedang terhimpit.
Tekanan psikologis terhadap makanan pokok pun mereda. Inilah intervensi ekonomi yang bekerja dengan “sentuhan manusiawi”.
Ekspektasi Publik: faktor yang kerap terlupakan Inflasi bukan hanya soal angka di tabel BPS.
Ia juga soal psikologi publik: ketika pemerintah daerah menunjukkan kendali, lewat dasbor monitoring harian, koordinasi berlapis, dan langkah-langkah teknis yang rapi, maka persepsi masyarakat ikut tenang.
Pelaku pasar pun enggan menaikkan harga seenaknya. Ekspektasi inflasi menjadi terkendali.
Hal sederhana, tetapi menentukan. Inflasi dikendalikan dari dapur, bukan dari podium.
Kita sering mendengar pidato panjang tentang pengendalian inflasi. Tapi jujur saja, inflasi tidak turun hanya dengan rapat.
Kang DS, turun ketika masyarakat bisa makan dengan layak tanpa terbebani harga yang melambung.
Apa yang dilakukan Kang DS melampaui seremoni.
Beliau “turun ke dapur”, memastikan sistemnya bekerja. Menguatkan struktur dari bawah, bukan dari mikrofon. Saat konsolidasi menjadi kata kerja di tangan pemimpin yang memahami denyut rakyat, konsolidasi bukan lagi sekadar jargon. Ia menjadi gerakan, menjadi energi kolektif yang merapikan ekosistem pangan dan menenangkan ekonomi daerah. Dan pada akhirnya, kita belajar satu hal penting.
Inflasi tidak bisa diperangi sendiri, tetapi bisa dikendalikan bersama melalui langkah-langkah kecil yang konsisten, rapi, dan berorientasi masyarakat.
Program MBG menunjukkan bahwa kebijakan sosial bisa sekaligus menjadi kebijakan ekonomi. Dan konsolidasi yang dilakukan hari ini akan menjadi fondasi bagi stabilitas harga esok hari. Inflasi memang hantu lama. Tapi dengan strategi yang tepat, ia bisa kita hadapi tanpa rasa takut.
( H. TB. Raditya Indrajaya - Alumni Unpad Bandung, Mantan Anggota DPRD Kabupaten Bandung, Pemerhati Kebijakan Pemda )
Editor: Saufat Endrawan